Sebuah Monolog

Sepak bola adalah satu-satunya tempat pelarian, pelampiasan emosi yang terbaik bagiku. Keinginanku, menjadi seorang football traveler. Jika tidak bisa menjadi pemain, menonton sepak bola di mana pun dan kapan pun cukup bagiku. Semoga..

☻monolog

Sebongkah rindu yang tertahan, tak mampu terucapkan. Hari kian hari semakin menggebu terasa ingin mendobrak mulut yang sedang terkunci rapat.

☻monolog

Bukankah pelangi terlihat indah karena berbeda?

☻monolog

Tiba-tiba datang tanpa permisi di tempat yang sudah lama tidak ditempati. Sekarang, tiba-tiba menerapkan aturan tidak semua orang dapat hadir di tempat itu. Yang katanya paling nyaman, yang katanya untuk kamu dan aku, yang katanya untuk kita semua.

☻monolog

Saya bisa apa?

☻monolog

Cinta searah ternyata bisa jadi candu :)

☻monolog

Apakah kamu sedang melihat matahari tenggelam sepertiku di hari itu? Aku bukan penyuka senja, bukan juga pembenci senja. Apakah kamu menyukainya? Jika iya, apa yang kamu suka darinya? Prosesnya? Keindahannya? Atau kamu tidak mempunyai alasan untuk itu? Tak apa, terkadang memang tidak butuh alasan untuk suatu hal. Termasuk hal menyukai.

☻monolog

Semua orang punya mimpi, tapi tidak semua orang punya waktu untuk bermimpi.

☻monolog

Terkadang jika percaya diri aku menjadi narsistik. Dan aku tidak suka.

☻monolog